Tuesday 12 January 2016

Ekonomi riau

Pemerintah Indonesia telah mengalami pergulatan panjang dalam mengelola perekonomian. Berbagai rintangan, seperti badai krisis paling berat sekali pun, telah dilalui dengan sejumlah langkah penyelamatan, sehingga tidak meluluhlantakkan negara ini. Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Darmin Nasution, merupakan salah satu saksi sejarah perjalanan panjang ekonomi Indonesia. Dalam pengembaraannya sebagai pejabat negara selama https://www.ibm.com/developerworks/community/profiles/html/profileView.do?key=f87f3a9a-f52f-4ed3-a472-c9b910db1c8d&lang=en puluhan tahun, ia berani menyimpulkan bahwa Indonesia sudah mulai pulih dari dampak krisis keuangan pada 1998 dan 2004. Darmin mengatakan saat dirinya mengemban amanah sebagai Direktur Jenderal Pajak Kementerian Keuangan, Indonesia kembali bergelut dengan dampak krisis keuangan di Amerika Serikat (AS) pada 2008. \”Saat itu dan beberapa tahun sesudahnya, banyak


demo bahkan orang menginap di Wall Street untuk memprotes gejolak yang kemudian dikaitkan dengan sektor keuangan yang sudah terlalu bergerak jauh, sehingga melahirkan ketimpangan cukup luar biasa,\” ujar Darmin dalam keterangan resminya di Jakarta, Jumat (8/1/2016). Menariknya, ujar Darmin, AS mampu mencari jalan keluar dengan kebijakan pelonggaran moneter alias Quantitative Easing (QE). Implikasinya, pemerintah AS menggelontorkan likuiditas besar-besaran untuk membeli berbagai aset di dalam perekonomian sebagai langkah penyelamatan. \”Sebetulnya langkah itu tidak lumrah dalam khasanah ekonomi dan keuangan karena tingkat suku bunga didorong mendekati nol. Baru kemarin naik dari 0,25 persen menjadi 0,50 persen. Hasilnya pasokan dolar AS meningkat tajam,\”


ia menjelaskan. Ibarat air bah, dolar AS membanjiri negara-negara berkembang sebagai tempat investasi dengan imbal hasil menggiurkan, sehingga mendorong kurs rupiah menguat tajam, bahkan menembus level 8.500 per dolar AS. Begitulah pengakuan Darmin yang saat itu memegang posisi Gubernur Bank Indonesia. \”Tapi saya dan Menteri Keuangan saat itu sudah sadar, ini tidak boleh terlalu jauh. Karena jika saatnya dolar AS pergi, kita akan menghadapi masalah dan berkah harga komoditas pun sudah tidak ada lagi,\” ia menjelaskan. Nikmat http://en.community.dell.com/members/picayuneweapon3 luar biasa diterima Indonesia karena pada periode yang sama, ekonomi China tumbuh tinggi dan memicu peningkatan komoditas hasil sumber daya alam, termasuk dari


Indonesia, sehingga harganya naik.



Ekonomi riau

No comments:

Post a Comment