Friday, 20 February 2015

Industri kreatif

Industri rumahan Manajemen PT Krakatau Steel Tbk (KRAS) mengungkapkan kondisi industri baja tanah air sedang tidak baik karena harga baja global yang jatuh. Direktur Utama PT Krakatau Steel Tbk yang juga selaku Ketua Indonesian Iron and Steel Industry Association (IISIA), Irvan Kamal Hakim mengatakan, rendahnya bea masuk juga membuat industri baja nasional www.unimor.ac.id/komunitas/groups/viewgroup/253-asus-fonepad-7-kini-operasikan-android-50-lollipop tak mampu bersaing. \”Indonesia sampai hari ini merupakan bea masuk paling rendah di kawasan. Jadi kita hanyalah pasar. Kalau mau jadi negara produsen terutama di negeri sendiri speerti Malaysia itu 20 persen. Malaysia juga anti dumping untuk baja dari Indonesia itu 24 persen. Di atas tarif bea masuk tadi, komplit?,\”


kata dia, Jakarta, Jumat (20/2/2015). Tak sekadar itu, biaya energi mahal membuat industri baja mesti menarik nafas panjang. Harga gas Indonesia juga masih jauh ketimbang Malaysia. \”Paling nyata itu sekarang harga gas alam, itu US$ 4 dolar di Malaysia. Di Indonesia industri manufaktur harus bayar US$ 7,3 sampai US$ 9,8. Sementara harga migas dunia itu sudah anjlok,\” papar Irvan. Direktur Jenderal Basis Industri Manufaktur Kementerian Perindustrian (Kemenperin), Harjanto mengungkapkan, pemerintah sedang mencari langkah proteksi untuk melindungi industri dalam negeri. Dia mengaku, bea masuk memang menjadi salah satu masalah yang membuat industri dalam negeri kurang bersaing. \”Kami ingin melakukan proteksi terhadap


industri dalam negeri. Cuma harus dalam koridor WTO. Tarif kita secara umum di industri manufaktur itu antara di www.unimor.ac.id/komunitas/groups/viewgroup/254-advan-s5j-ramaikan-ajang-miss-indonesia-2015 bawah 7 persen, rata-rata, itu termasuk agro dan manufaktur. Manufaktur itu sekitar 5 persen. Kalau dibandingkan dengan negara lain, mereka punya proteksi tarif yang lebih tinggi,\” kata Harjanto.



Industri kreatif

No comments:

Post a Comment