Thursday 18 December 2014

Mencoba Memaknai Haji

Setelah umrah selesai, aku mencoba memaknai formalitas haji… Ketika Thawaf mengelilingi Ka’bah bersama ribuan orang memang muncul kesadaran bahwa aku bagian dari manusia-manusia di bumi yang beraneka ragam postur tubuh, warna kulit, bau keringat, perilaku, bahasa, dst. Bahwa mereka juga ingin selamat di dunia dan akhirat. Mereka ingin menghampiri Allah SWT. Terasa sekali suasana merindukan Tuhan.


Ketika Sa’i… bahwa do’aku, harapanku, cita-citaku, harus aku kejar dengan bergerak, bukannya diam. Insya Allah, Dia Yang Maha Tahu akan menuntun langkahku dan mengabulkan permohonanku. Ketika Sa’i berkali-kali aku baca, “Ihdinashshiraathal mustaqiim” (tunjukkan/kuatkanlah aku ke jalan yang lurus), dan “Allahumma inni dha’iifun faqawwini la haula walaa quwwata illa billah” (Ya Allah, hamba ini lemah, maka kuatkanlah, tiada daya dan kekuatan kecuali dari Allah).


Tapi, ketika Tahallul menggunting rambut, aku belum menangkap makna Tahallul ini. Memang aku menangis ketika berdo’a di depan Ka’bah, tetapi tangisku lebih bergetar saat melihat seorang nenek duduk di lobby hotel Maktab 27. Sambil menunggu antrian panjang di depan lift, aku duduk-duduk saja di lobby Hotel. Ketika memandangi nenek tersebut, semula aku berkata dalam hati, ”Nenek, ibadah Haji ini untuk yang masih kuat fisiknya. Nenek terlambat kalau sudah setua ini baru haji. Juga hikmah haji adalah untuk bekal mengarungi kerasnya perjuangan hidup di masyarakat.
mudahnya-haji-dan-umroh.blogspot.com


Nenek akan berjuang apalagi?” Tapi seolah Nenek tsb membalas kata hatiku, ”Anak muda, beruntunglah engkau diberi kemampuan oleh Allah mampu menunaikan ibadah haji ketika masih kuat fisikmu. Aku sebenarnya juga ingin demikian, aku bersyukur pada akhirnya aku sampai juga menginjakkan kaki ke Makkah di usia setua ini. Ketahuilah Nak, aku juga ingin selamat, aku juga ingin ketemu Tuhan. Aku mungkin tidak faham makna haji seperti dirimu…” Terus terbayang Mbah Putri almarhumah. Kuperhatikan wajah nenek tersebut. Matanya, kerutan kulit di wajahnya, kejujurannya.


Mungkin kalau Mbah Putri aku beritahu makna haji, maka bisa jadi juga tidak faham. Tapi Nenek itu hanya ingin selamat dan mi’raj (bertemu langsung) dengan Allah SWT. Saat itulah ‘brollll..’, air mataku tak tertahankan lagi… Lebih deras air mataku mengalir di lobby hotel dari pada di depan Ka’bah. Besuk pagi insya Allah akan bergerak ke Arafah yg merupakan intinya haji. Apalagi makna yang akan kutemukan? Makkah, 7 Dzulhijjah 1432H Heri Mustofa Jamaah Haji 2011


Read more : ich-werde-politiker.blogspot.com



Mencoba Memaknai Haji

No comments:

Post a Comment