Thursday 18 December 2014

Betapa Kemurahan Allah

Tidak pernah terpikir olehku untuk bisa berhaji di waktu masih muda, karena secara finansial butuh waktu lama untuk bisa mengumpulkan uang Rp 65.500.000 sebagai ongkos naik haji bersama istriku. Alhamdulillah, di tahun 2008 kemarin, kami melaksanakan rukun Islam kelima ini. Awal mulanya waktu itu tahun 2006 setelah selesai sholat subuh, aku hidupkan TV untuk menunggu pagi. Berita pagi di salah satu stasiun TV waktu itu menayangkan berita tentang haji, di mana waktu itu disiarkan jamaah haji sedang bergerak menuju Arafah untuk wukuf.


Kalau tidak salah saat itu adalah haji akbar. Tidak tahu dari mana datangnya, tiba-tiba tubuhku bergetar, merinding, air mataku mengucur deras, menangis sejadi-jadinya, seketika itu aku bersujud kepada Allah SWT, kusampaikan keinginanku yang sangat mendadak itu untuk dapat ke Baitullah. Tahun 2006, aku bertekad bulat membuka tabungan haji bersama istriku meski dengan setoran awal minimum.


Aku hanya pasrah kepada Allah kapan aku bisa ke Baitulloh karena keterbatasan finansial. Tanpa disangka, rezeki datang dengan deras sehingga akhirnya aku bisa berangkat di tahun 2008 bersama istriku… Alhamdulillah ya Allah. Mendekati waktu berangkat, hati ini campur aduk rasanya antara bahagia akan ke Baitulloh dan sedih karena meninggalkan anakku yang wkt itu berumur 3,5 tahun, sedang lucu-lucunya. Istriku tidak kuasa menahan air matanya, sedangkan aku berusaha tabah karena ini adalah perintah Allah.


Menangis di makam Rasullulah Sampai di Jeddah, kami menuju Madinah dan tiba di maktab jam 21.30 malam. Subuh kami mulai melaksanakan arba’in. Selesai sholat subuh pertama kali di Masjid Nabawi saya menuju Roudhoh melalui pintu Babussalam. Sampai di depan makam Rasulullah, aku berhenti dan tak kuasa menahan tangis.


paket umroh murah 2015 jakarta

Betapa bahagianya aku bisa melihat makam manusia termulia di muka bumi yang setiap hari selalu aku sebut dalam sholat maupun sholawat. Tidak pun bisa bertemu langsung, melihat makamnya saja sudah sangat bahagia dan rindu. Tangis tak kuasa aku hentikan, betapa Allah Maha Pemurah. Bagaimana tidak, aku yang hanya orang biasa tanpa keistimewaan apa-apa diberi kesempatan beribadah di tempat mulia tersebut. Kurang lebih setengah jam aku terhanyut dalam tangis yang akhirnya aku sadar bahwa aku berada di tengah berjubel-jubel orang.


Akhirnya aku terseret arus keluar dari Babussalam. Sebuah kepuasan batin yang tiada tara, sungguh indah, sungguh lembut belaian Allah Sang Maha Pencipta. Ibadah wukuf di Arafah Peristiwa yang sungguh tidak dapat aku lupakan sampai sekarang adalah waktu melaksanakan ibadah wukuf di Arafah. Malam menjelang berangkat ke Arafah kami bersama jamaah serombongan saling bermaafan menuntaskan urusan antarsesama manusia. Suasana haru dipenuhi tangis karena seakan-akan kami akan dihisab esok harinya, berhadapan lamngsung dengan Sang Pencipta. Sungguh hatiku ciut saat itu, tapi rasa bahagia lebih besar karena esok adalah wukuf, hari yang kutunggu-tunggu.


Semalam di Arafah aku tak mampu memejamkan mata barang sedetik pun. Bukan karena cuaca dingin waktu itu, tapi karena hatiku bercampur aduk rasanya. Tidak kurasakan lelah raga dan mataku, hingga akhirnya waktu wukuf pun tiba. Masih teringat betul waktu itu sambil mendengarkan khotbah wukuf aku bertasbih, terus.. terus.. sampai kurang lebih 15 menit aku lihat di jam tanganku, aku terus bertasbih. Dalam bertasbih aku menangis terisak-isak terbayang dosa-dosaku. Aku terhanyut dalam tangisan dan aku merasakan udara menjadi dingin, langit teduh, suara tasbih menggema, air mataku tak kuasa kuhentikan. Udara yang dingin, langit yang teduh menjadikan aku semakin terhanyut dalam tangis.


Tak terasa terdengar adzan ashar, kuhentikan tasbih, kurasakan udara kembali panas seperti semula sebelum wukuf. Aku hanya tersadar dan mampu mendengar khotbah wukuf hanya 15 menit pertama, setelahnya aku terhanyut dalam tangis dan tasbih yang menggema diiringi udara dingin sejuk yang berhembus Sampai dengan sekarang, bila teringat akan hal tersebut, terkadang aku masih menitikkan air mata. Betapa pemurahnya Allah, betapa pemaafnya Allah kepada hamba-hambanya seperti diriku yang hina. Syaiful Anwar Jamaah Haji 2008


Read more : paket umroh murah 2015



Betapa Kemurahan Allah

No comments:

Post a Comment